
Semangat yang Menggema dalam Lagu Pertama SVARA
Delapan suara, satu rasa. Kalimat ini menggambarkan semangat yang diusung oleh grup musik SVARA saat meluncurkan lagu pertamanya berjudul “Selamat Tinggal Selamanya”. Lagu ini tidak hanya menjadi awal dari perjalanan musikal mereka, tetapi juga menjadi bentuk penghormatan terhadap legenda musik Indonesia, Nike Ardilla.
SVARA bukan sekadar grup vokal biasa. Mereka lahir dari komunitas Nike Ardilla Fans Club (NAFC), sebagai wujud penghargaan dan kelanjutan semangat musik yang ditinggalkan oleh almarhumah. Grup ini ingin meneruskan warisan musik yang begitu mendalam, sambil tetap menjaga nilai-nilai yang selama ini dianut oleh Nike Ardilla.
Lagu yang dirilis di bawah naungan Bulan Production menampilkan semangat yang tak hanya merayakan musik, tetapi juga menjaga kenangan akan sosok yang sangat berarti bagi banyak orang. “SVARA adalah gabungan delapan karakter vokal yang berbeda, namun memiliki satu semangat yang sama: meneruskan warisan semangat almarhumah Teh Nike Ardilla,” ujar Inggit A Wulan, perwakilan dari SVARA sekaligus produser eksekutif lagu ini.
SVARA tidak sekadar meniru atau mengenang, tetapi ingin ikut mewarnai blantika musik Indonesia. Terutama di genre slow rock yang dulu begitu dekat dengan almarhumah. Lagu “Selamat Tinggal Selamanya” diciptakan oleh Dedi Hamid dan diaransemen oleh Rona Sintiana. Meski sarat nuansa perpisahan, lagu ini tidak hanya ditujukan untuk mengenang Nike Ardilla, tapi juga sebagai bentuk penghormatan bagi siapa pun yang pernah kehilangan sosok tersayang.
“Pesannya universal. Semua orang pasti pernah ditinggalkan orang tercinta. Lagu ini bisa menjadi pengingat, sekaligus penguat,” kata Dedi Hamid. Dalam video klipnya, SVARA juga mengajak penonton bernostalgia ke lokasi-lokasi yang pernah dikunjungi Nike Ardilla semasa hidupnya, mulai dari spot sinetron, nongkrong, dan lokasi kecelakaan di Jalan LLRE Martadinata, Kota Bandung.
SVARA terdiri atas delapan anggota, yakni Inggit A Wulan, Praja Lesmana, Vicky Januari, Pipit Vdhel, Romi, Moey Chino, Niko Raden, dan Gilang. Masing-masing dari mereka membawa warna suara yang berbeda, termasuk Gilang, anggota termuda berusia 16 tahun. “Saya mulai mengenal lagu-lagu Teh Nike dari perjalanan naik mobil bareng ayah. Dari situlah saya jadi tertarik dan akhirnya menyelami lebih dalam siapa beliau,” kata Gilang.
Meskipun rentang usia para personel berbeda-beda, SVARA menunjukkan kekompakan yang kuat. “Yang bikin kami bisa jalan bareng adalah karena kami enggak punya ekspektasi berlebihan. Kami hanya ingin menyuarakan cinta kami terhadap musik Teh Nike, itu saja,” ujar Romi, salah satu vokal dan juga vocal director SVARA.
Tak hanya sebagai proyek musik, peluncuran SVARA juga menjadi ruang refleksi. Dalam sesi diskusi, muncul pertanyaan dari Inggit A Wulan yang menyentuh, “Apakah rasa yang saya maksud satu rasa dalam SVARA juga dirasakan kalian?” Pertanyaan itu dijawab dengan antusias oleh para personel. Kebersamaan mereka selama proses rekaman dan produksi mengukuhkan bahwa SVARA bukan sekadar proyek sesaat.
“Harapannya, SVARA bisa menjadi tongkat estafet dari Teh Nike, sekaligus jadi inspirasi buat generasi muda yang ingin berkarya di musik, tapi tetap punya nilai dan makna,” ujar Moey Chino. Bela, perwakilan dari keluarga Nike Ardilla, menyampaikan harapannya agar SVARA tetap menjalin hubungan erat dengan keluarga besar Nike Ardilla. “Karena bagaimanapun juga, ini dari kita untuk kita. Jadi jaga untuk selalu sinergi,” kata Bela.
“Selamat Tinggal Selamanya” menjadi karya yang tak hanya menyentuh memori, tapi juga membuka ruang baru bagi generasi muda untuk mengenal siapa Nike Ardilla melalui pendekatan yang segar.
0 Comments